Ibu,
ingin kusajakkan senyummu,
seraya kupilih dan kupilah ribuan kata
tetapi tak jua bisa kurangkai kalimat
yang paling senonoh untukmu
Biarlah puisi untukmu tetap kupingit di hati
jika berkenan baca saja serangkaian prosa pada raut wajahku
karena aku tak pernah memakai cadar dihadapanmu
tangisanku adalah tangisanku
dan tawaku adalah tawaku
Aku mengenal kasihmu dengan sendiriku
tanpa ada yang mengajari
tanpa pula referensi
dan karenamu juga aku bisa mengenali rindu
yang kuyakini hingga riwayatku ditelan bumi
Ibu,
aku tahu kita mencintai kesahajaan
kita membenci kemunafikan
maka untuk apa kita tutup rapat aurat tabiatku
jika hanya untuk menyenangkanmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar