Lama memahami huruf-huruf api pada gurat wajahmu
Hingga orang hanya menyisakan halus kelabu alismu
Apa yang tersisa setelah kesabaranku kau lumat tanpa aba-aba
Mestin ya masih terukir di sudut matamu rangkaian kenangan
Sebagaimana pernah kupahatkan rindu di kayu-kayu rumah hatimu
Di wajahmu masih kutemukan mendung bingkaian gelisah
Sementara hujan hanya mimpi sepanjang kemurunganku
Meninggalkan warna bola matamu
Aku meronta sebab begitu sulit
Menafsirkan setiap jengkal kebingunganku menubur wajahmu
Di liang waktu. . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar